21 January 2012

Surat Kaleng untuk @izoel_fahlevi

Hai...Zulfikri Fahlevi (@izoel_fahlevi)
Bagaimana aku harus memanggilmu sekarang? Yang jelas tidak dengan sebutan sayang. Siapa sekarang yang memanggilmu dengan sebutan abang?  Ehehe sepertinya aku akan terus memanggilmu dengan sebutan itu, ga mungkin berubah jadi mas, dulu kamu pernah protes karena kamu bukan orang jawa katamu waktu itu. Lagipula pacar barumu memanggilmu dengan sebutan itu, biar aku memisahkan diri dari dia, aku tidak sama dengan dia bukan? J
Bingung ya ada apa? Baca aja...nanti ketemu juga jawabannya. Sebentar saja, semoga tidak menyita waktumu lama.
Aku menemukan sebuah catatan di situs Jejaring sosialku. Aku ga tau pasti apa yang terjadi waktu itu, disitu tertanggal 12 Februari 2010. Artinya itu sehari sebelum aku berulang tahun ke 25.
(setelah berpikir cukup lama…dan kembali membacanya…)
Nah sekarang aku ingat, kalo mengingat tahunnya adalah 2010, itu tahun kita putus, jadi aku berusaha merunut mundur. Waktu itu...februari terakhir aku bersamamu, seperti biasa kamu mengacaukan hari (menjelang) ulang tahunku. Kalau menurutmu sih “masa setiap ulang tahun harus disayang-sayang, sekali-sekali dicuekin kan gak papa” begitu katamu. Tapi selama lima tahun bersama, hampir aku selalu dibuat manyun, skala sebelnya sih beda2. Atau aku yang kelewat lebay menanggapinya ya? Ah seingatku, tahun 2010 itu kamu mendiamkan aku seperti biasa, entah karena apa. Aku sempat berpikir karena teman-teman SMAku tag foto mantan pacarku dan mereka mem-bully aku disana, mungkin kamu baca dan kamu cemburu. Sadar kamu berubah sejak kejadian itu, aku menulis status di FB...mengatakan kepada teman-temanku untuk berhenti menggodaku dengan mantan pacarku itu, dan aku mengatakan aku memilihmu sebagai tambatan hatiku, begitu kataku. Sekarang aku merasa lucu.
Meski pada malam pergantian hari kamu membelikanku tiramisu bertuliskan panggilan kesayanganku, waktu itu kamu hanya berdua dengan keponakanmu. Ah aku bingung, mukamu dingin, ada amarah disana. Aku cium tanganmu sebagai tanda terima kasihpun kamu tak mau.
Sehari sebelum ulang tahunku itu, aku menulis sesuatu. Mungkin kamu lupa, tapi tag namamu masih ada jadi kamu bisa mengeceknya, bedanya sekarang profil picturemu bersanding dengan Linda (pacar barumu). Aku sudah tidak apa-apa, tidak merasakan apa-apa, meski aku tak pernah lupa. Mungkin kamu tidak sempat membuka-buka Facebook karena tidak sempat. Ini...aku sertakan untuk kamu baca. Jika waktu itu aku pikir kita memang beda tapi masih bisa bersanding bersama, tidak sekarang. Aku dengar kamu akan menikah bukan?. Kita memang benar-benar beda, terpisah karena sebuah hubungan tak terduga, terpaut jarak sebentangan kata “mantan”.

Karena aku dan kamu beda

kamu tidak akan pernah menjadi aku
apapun kalimat penghubungnya, apapun alat perekatnya
aku dan kamu tidak akan berubah menjadi amu (aku, kamu)
melainkan hanya menjadi kita

karena...
aku tidak berdiri dengan kaki kokohmu
kamu tidak menyentuh dengan tangan lembutku
aku tidak berpikir menggunakan caramu
kamu tidak berkata menggunakan bahasaku
aku tidak melihat dengan kedua matamu
kamu tidak menghirup aroma masakan dengan indra penciumanku
aku dan kamu bernafas dengan paru - paru yang berbeda
aku dan kamu memiliki jantung yang berbeda irama detaknya
aku memakai syal kesukaanku
kamu memakai gelang andalanmu
adakah yang sama? tidak
karena kita memang beda

kita akan memerlukan sepeda dengan dua dudukan, karena kita berdua
kita akan memerlukan 2 pasang sandal dan sepatu karena kita memiliki kaki yang berbeda
aku dan kamu tidak akan menjadi amu. melainkan menjadi kita dengan huruf lebih banyak dibanding amu

kita akan butuh rak sepatu lebih besar
kita akan membutuhkan lemari dengan ukuran 2x lebih besar dari lemari kita sekarang
karena sepatu dan baju kita tidak bisa disatukan, hanya bisa disandingkan dalam tempat yang lebih besar
karena aku dan kamu beda, dibutuhkan hati yang lebih lebar untuk menampung kita
karena aku dan kamu beda, dibutuhkan pengertian yang lebih besar untuk mengerti mau dan maksud kita
karena aku dan kamu beda, kita harus berpikir lebih luas untuk saling memberi maaf dan berbagi kasih
karena aku dan kamu beda, aku akan mencintaimu apa adanya
tanpa merubah kamu menjadi aku, hanya membuatmu bersanding seperti sepatu kita di rak sepatu dan baju - baju kita yang bersandign di lemari.
karena aku dan kamu beda, kupinta padaNYA untuk menurunkan CINTA itu sekali lagi
untuk membuat keluarga yang lebih besar dari keluargaku dan keluargamu

ah...harusnya surat ini berhenti disini, tapi setelah aku baca ulang, ternyata isi tulisan itu adalah satu lagi usahaku untuk menyelamatkan hubungan. Wow...semua cerita tentang kita sedang menari-nari dikepala, seperti slide presentasi atau video sebuah cerita. Sudah ya...semoga kamu bahagia, aku akan belajar baik-baik saja.

tertanda,
(mantan) tunanganmu

No comments:

Post a Comment