Kepada Ieda Teddy,
Aku ingin jadi cinta yang baik untukmu. Tak perlu bermewah-mewah, 
cukup sederhana saja, seperti mengingat senyummu di tiap kilometer yang
 kulalui, yang pada akhirnya senyum itu yang mengingatkanku untuk pulang. 
Atau dengan menyelipkan namamu di tiap senyap sepertiga malam, merangkum
 munajat-munajatku.
Aku ingin jadi cinta yang baik untukmu, sekalipun kutahu kau tak 
dapat kumiliki. Toh, untuk jadi cinta yang baik tak harus memiliki kan? 
Kau tahu, apa yang kurasakan ketika rindu yang begitu menderumu 
menetaskan anak-anak airmata dari butir matamu? Sungguh aku ingin 
memelukmu, merengkuhmu dengan lengan ringkihku, membelai rambutmu yang 
masai dengan kasih tak terhingga ku dan lantas berucap, “kekasihmu di 
sana akan baik-baik saja, doakan saja ia.”
Apakah aku tega melihatmu seperti itu? Sekalipun yang kulihat itu 
hanya barisan huruf-huruf sendu di linimasa mu. Aku tak tega! Aku cuma 
ingin hanya lengkung bahagia yang berdiang di gurat bibir, tapi aku bisa
 apa selain mendoakanmu agar lekas menemukan pelangi untuk digantung 
kembali di bilah bibir indahmu.
Aku ingin jadi cinta yang baik untukmu. Melihatmu tersenyum sudah 
merupakan bahagia untukku. Itu saja, aku tidak peduli dengan kata 
takdir, kau bergaris denganku atau tidak. Sungguh aku tak peduli. Yang 
kupedulikan hanyalah kebahagianmu, sebabnya aku ingin jadi cinta yang 
baik untukmu, Ida.
Karena cinta adalah doa, aku mendoakanmu.
Tertanda,
Catur Indrawan
ditulis oleh @caturindra 
No comments:
Post a Comment