Halo Payung Kuning! Sosok kamu tuh  kaya ilusi. Fatamorgana. Kadang dateng, kadang pergi. Hari ini, kamu  masih ada di genggamanku. Erat, sangat.
Suatu ketika di istana hujan,  dia menitipkanmu padaku. Menitipkan sesosok payung kuning kesukaannya,  mempercayakanmu untuk kupinjam. Entah lah, apa dia akan mengambilnya  kembali saat dia menemukan penggantiku?
Hari itu, dia kembali menghubungiku, Payung Kuning. Padahal segala upaya daya aku lakukan agar menghilang darinya. #sigh
Nyatanya, dia datang lagi, dan berkata, "Apa kabar kamu?"
Aku nggak mungkin nggak nangis,  Payung Kuning, aku tau banget kamu mengintip dari balik lemari sana.  Melihat aku terisak saat suratnya tampil dalam layar komputerku. 
"Hujan ya hari ini?" ujarnya.  Kamu pasti lagi mengejek muka jelekku yang kala itu sedang sembab deh.  Yakin. Kamu curi-curi baca pesannya kan, Kuning?
Aku nggak tahu harus ngapain,  Kuning. Kata "hujan" dan "gerimis" merupakan kata sakral untukku dan  dia. Kamu saksi bisu dari semua itu. Aku tau pasti!
Baiklah, kulihat kuningmu sudah  enggak secerah dulu, kamu pun sudah melupakan senandung hujan yang biasa  kamu nyanyikan bertahun-tahun lalu. 
Kenapa kamu? Kamu sakit? Panas? Kebanyakan hujan-hujanan? Keracunan kah? Atau kenapa?
"Saya ingin kalian main  hujan-hujanan lagi, tapi kalian berdua. Hujan, dan gerimis," ujarmu  letih. "Kamu tau kah? Saya sekarat." 
Setiap hari, kamu hanya berdiam  dalam lemari itu, murung. Bahkan cenderung berubah menjadi warna abu.  Monokrom. Jiwamu nyaris terhisap oleh entah apa itu. Mana Si Payung  Kuning cantik yang selalu bahagia?
Hari ini, aku akan  mengembalikanmu ke pemilikmu, Payung Kuning. You doesn't belong to me  anymore. Kamu nggak akan bahagia melihatku terus menangis, menghapus  satu persatu lembaran memori sampai tak bersisa.
Tuh, lihatlah, pemilikmu - pria  pecinta gerimis - sudah bersanding bersama seorang nona pagi yang manis.  Dia juga menyukai hujan, Payung Kuning, dia pasti menyukaimu. 
Baiklah, Payung Kuning, ini  saatnya kamu pindah kembali ke rumahmu sebenarnya, lemari yang terkunci  rapat dalam hatinya. Lemari yang sudah menjadi hak milik Pria Gerimis  dan Nona Pagi. 
"Kasihan Payung Kuningnya,  kasihan hati kamu," ujar pria itu sembari tersenyum, melihatku sulit  melepaskan genggaman dari batang tubuhmu, Kuning. 
Iya, memang, kasihan kamu,  kasihan dia juga. Berat? Sangat. Kamu sudah kujaga baik-baik, kusimpan  erat di lemari tersembunyi itu. Memelukmu di kala hujan tiba atau saat  nggak ada seorang pun yang tahu. Sekarang, aku harus pura-pura nggak  pernah kenal kamu. Pura-pura menganggap kamu cuma seonggok payung biasa.  Ga bernyawa. 
Goodbye dear Yellow! Aku harus rela ngeliat kamu perlahan dikembangkan olehnya. Bukan aku yang ada di bawah sana. 
Hey, tenang aja, nanti kelak  kamu juga akan bahagia, warna kuningmu akan cerah kembali. Predikat  'hujan' yang ada pada nama belakangku pun akan lepas perlahan, berganti  menjadi tahta seorang nona cantik di pinggir sana. 
Dan ingatan tentangku pun akan menyurut, Kuning, aku yakin itu. 
Goodbye dear, take care!
nb : halo pemilik payung, tolong jaga Payung Kuning baik-baik ya :)
No comments:
Post a Comment