19 January 2012

I’m not your follower, I’m your friend forever.

Surat ini kutujukan untuk kalian yang pernah mengisi hari-hariku, tidak hanya di linimasa namun juga di dunia nyata. Pada awalnya kalian datang menawarkan persahabatan yang berujung dengan pendekatan untuk hubungan yang disebut ‘pacaran’. Sangat disayangkan karena pada akhirnya, hubungan kitapun jauh dari kategori pertemanan dan kalian menjadi orang yang kembali asing walaupun kita tidak saling bermusuhan. Tapi toh setelah itu kalian masing-masing menemukan perempuan yang lebih menyayangi kalian lebih dari yang mampu aku berikan. Aku sungguh berbahagia karenanya, melihat kebahagiaan seorang teman.

Aku berharap setidaknya di dunia maya seperti di linimasa pada twitter dan blackberry messeger kita masih bisa berkomunikasi. Sayangnya ternyata harapanku itu tidak berlangsung lama. kalian menjadi sosok yang asing di dunia maya. Tidak ada lagi pesan, reply sekedar mengobrol, memberi support atau bercanda. Aku kehilangan itu semua. berbekal rasa iseng tingkat tinggi, kubuka profil kalian saat kalian melintas di linimasa.

It surprisingly surprised when i found the information at the bottom of your profile:


…. is not following you.

Tidak cukup rasa isengku sampai disitu, kucek nama kalian disana, dan VOILA! Salah satu dari nama kalian tidak tertera disana.

Apakah ini suatu kebetulan? dua lelaki berbeda dengan cerita yang hampir sama dan memilih ‘pergi’ dari hidupku dengan cara yang sama.

Rupanya butuh kebesaran hati untuk menerima bahwa (mungkin) kalian tidak lagi ingin kita berkomunikasi walaupun hanya sebagai teman. Aku tidak peduli jika orang lain yang tidak kukenal sama sekali kemudian memilih untuk pergi dari dunia mayaku. Tapi ini kalian, orang-orang yang kuberi label teman dekat. Dengan berat hati, aku coba mengerti. Terlintas tanya dalam benakku, apa harus sampai seperti ini?

Lalu teringat ucapan seorang sahabat ketika aku bercerita mengenai hal ini padanya. sahabatku bilang:

“Mereka kan udah punya pacar, mungkin mereka ngelakuin itu buat jaga perasaan pacarnya. gue rasa pacarnya pada insecure sama elo atau mereka masih ada perasaan sama lo, jadinya membatasi komunikasi buat menghilangkan hal itu”

Ucapan sahabatku tadi mampu membuatku merasa lebih baik. Entah yang benar yang mana akupun tidak peduli, aku jadi berpikir bahwa kalian telah memilih kebahagiaan dengan cara kalian sendiri. Itu membuatku cukup berbesar hati walapun cukup sedih sih ya tidak bisa menjadi bagian dari kebahagiaan kalian lagi.

Dengan cara yang sama, aku tidak lagi mengikuti kalian di linimasa. Aku pikir, kita tidak lagi perlu saling tahu mengenai kehidupan masing-masing, cukup dengan saling mendoakan, itu yang penting.

Dear A yang selalu menyebut dirinya dengan sebutan ‘susu coklat’,

Maaf jika pada saat itu saya lebih memilih segelas soda yang ‘berbahaya’ daripada segelas susu coklat yang banyak gizinya. Terima kasih atas segala kebaikan dan perhatian yang kamu berikan, semoga semakin sukses dengan kewirausahaanmu, tetap rendah hati sekalipun sekarang ketenaran kamu telah mampu disejajarkan dengan level selebriti. Sampaikan pada istrimu bahwa aku tidak pernah berpikir sedikitpun untuk merebutmu darinya, kalaupun iya aku menyukaimu, kenapa tidak kuterima saja tawaran menjadi pacarmu waktu itu? Jaga keluargamu baik-baik ya dan berbahagia selalu.

Dear B yang pernah menjadi sahabat lelaki terbaik di sekolah,

Maafkan atas sifat kekanakan saya yang menyebabkan kita jadi berjauhan. Saya sadar bahwa perasaan tidak pernah bisa disalahkan. Saya sempat berharap waktu diputar kembali dan hubungan kita dapat diperbaiki. Sayangnya tidak bisa ya, walaupun saat ini kita sudah kembali biasa saja dan saling bertegur sapa jika bertemu tidak sengaja. Tapi tetap ada rasa kehilangan yang masih membekas di hati saya. Terima kasih atas telepon rutinmu setiap malam, perhatianmu yang mengalir setiap hari, ketika kita masih di sekolah menengah pertama. Saya tahu kamu akan selalu dan bahkan telah menjadi orang yang hebat di bidang yang kamu geluti saat ini. Tetap semangat dan semoga nanti kamu mau mengundang saya untuk hadir pada acara pernikahanmu nanti.

—-

once you come in my life as a friend, you will be there till the end. there is no ‘were’, because you are still and will always be my friend though you don’t even think so.


i hope both of you have a good life and good times there, wherever you are.

best regards,

i’m not your follower, but i will always be your friend forever. :)




oleh @naminadini

diambil dari http://berceloteh.tumblr.com/

2 comments: