Pak Sastro yang baik hati,
Assalamualaikum, pak.
Izinkan saya menuliskan secuil kekaguman saya akan Lunpia buatan bapak.
Bisa dibilang saya bukanlah penggemar  oleh-oleh. Saya ini, sering mendapat oleh-oleh, atau mengoleh-olehi  seseorang. Dan tahu kan, kebanyakan oleh-oleh itu pada akhirnya hanya  berakhir pada sebatas formalitas dan rasa sungkan atas perasaan ‘masak  pulang dari tempat jauh tidak memberi kenang-kenangan..’
Kalau oleh-olehnya makanan, ya akhirnya  makanan itu berakhir di toples meja pembantu dan tetangga. Saya sendiri  tidak berminat memakannya. Bosan, pak.
Tapi asal bapak tahu saja, cuma lunpia bapak  yang selalu saya nanti dan saya harapkan adanya setiap berkunjung ke  Semarang serta saya nantikan datangnya dari teman-teman saya yang ada di  Semarang.
Bertemu bapak seperti layaknya bertemu jodoh.  Tanpa sengaja. Tanpa perlu dicomblangkan siapa-siapa. Seperti Tuhan  yang mempertemukan.
Harga lunpia bapak tergolong yang paling  murah di antara sekian puluh gerobak lunpia di sepanjang jalan  Pandanaran. Sebenarnya itu pertama kalinya saya membeli lunpia Semarang.  Sekali lagi, saya menemukannya tidak atas rekomendasi siapa-siapa. I still thought that God do really want to meet us up :’)
Ternyata Lunpia bapak memang yang paling  enak. Renyahnya pas. Kulitnya tebal dan gurih. Rebungnya manis, empuk,  dengan telur mengelilingi setiap helainya. Membayangkannya saja sudah  membuat saya ingin makan lagi. Padahal saya baru saja menghabiskan dua  buah lunpia-mu malam ini, Pak Sastro.
Yang paling saya suka dari Bapak, adalah  Bapak nggak pernah pelit memberi saya bonus daun bawang-merah muda  kesukaan saya. Ketika penjual lunpia lain dengan pelit memberikannya,  bahkan baru akan memberikan ketika diminta, bapak dengan senang hati  memberikannya, banyak dan cuma-cuma! Ah! Saya sangat sayang pak Sastro.  Pak Sastro seakan tahu kalau saya adalah penggemar berat daun  bawang-merah muda.
Lunpia Pak Sastro adalah hadiah teromantis  yang pernah saya terima dari siapapun. Lunpia pak Sastro mengiringi  setiap sudut cerita saya, dengan sahabat saya, dengan pacar, dengan  mantan pacar, dengan mantan gebetan, dengan siapapun. Lunpia pak Sastro  adalah makanan yang enak dimakan ketika saya sedang senang, sedih,  nangis, sakit, sehat marah, apalagi sambil bengong.
Pak Sastro, saya kirimkan surat ini untuk  bapak karena saya tidak tahu lagi bagaimana harus mengungkapkan  kekaguman akan Lunpia gorengan bapak. Apalagi setelah saya memberanikan  diri  mengatakan bahwa cuma Lunpia bapak-lah yang selalu saya sambangi atau ketika saya me-request oleh-oleh ke teman saya di Semarang, bapak hanya senyum-senyum malu :’)
Semoga Pak pos @adimasimmanuel bisa menyampaikan surat ini. Atau kalau nggak bisa, Pak Pos harus menyempatkan beli Lunpia Semarang Pak Sastro di depan toko Bandeng Juwana. Pak Pos pasti ketagihan ;)
Tyraz
Penggemar Berat Pak Sastro, Pecinta Lunpia Semarang
oleh:  @tyraz__
diambil dari: http://smara-dahana.tumblr.com
No comments:
Post a Comment