28 January 2012

Surat Kaleng untuk @daprast

 Kepada:
@daprast
 
PATAH HATI JUGA BISA INDAH

Hai aku N, pengagummu.
Sapaanku terdengar basi ya? Hahaha maaf, aku saja terkejut mendapati jari-jariku menarikan tulisan ini tanpa tremor.

Seumur hidup aku belum pernah menuliskan surat cinta, sampai saat ini.
Selama ini aku selalu terjebak dalam nikmatnya mencintai diam-diam, dibuai oleh rasa penasaran dan imajinasi akan kemungkinan yang akan terjadi jika dia yang kucintai tahu aku mencintainya.
Kata “andai” kupeluk erat dan merekat bersama bayang wajah yang selalu menemaniku bahkan dalam tiap sibukku.
Soal mengungkapkan isi hati, aku memang jauh dari pemberani.

Sesungguhnya aku tak sedang ingin menulis surat cinta,  karena nyatanya saat ini aku sedang patah hati.
Bukan karenamu tentu, kamu bahkan tak mengenalku.

Lalu mengapa aku mengirim surat ini padamu? Aku hanya ingin berbagi, hanya merasa kamu bisa mengerti.
Seringkali kudapati, kicauanmu sendu, semacam rintihan hati yang terpuruk, butuh lebih dari sekedar  puk-puk.
Jika aku benar menafsirkan, kamu meramu sakit dari hati yang patah menjadi kata-kata indah.

Aku mengagumimu, aku mencintainya.
Larik-larik di linimasamu, penambal lubang hati yang menganga.

Aku berlebihan ya, kalau kata dia, aku terlalu drama.
Yang dia tidak tahu, dialah si Tokoh Utama yang selalu melahirkan lakon-lakon baru, di kepalaku.

Haah, semua sudah berlalu.
Mungkin karena terlalu lama hanya mengambang, aku dan dia tak bisa benar-benar terbang.
Berasa aneh, katanya.

Hei, ini surat untukmu, aku malah asyik mengadu.
Sungguh aku mengagumimu, apa-apa yang kau tulis sangat ku suka.
Darimu twittermu ku tahu, patah hati ternyata juga bisa indah.
Hahahahaa, mungkin kamu bilang aku ngaco, tapi ya itu yang kurasa.

Kamu, idolaku. Bahagiamu, jadi doaku. Semoga kamu menemukan orang yang bisa membalur hatimu, menghapus luka-luka, melimpahinya dengan cinta.
Doakan aku juga ya. J

Dari aku, N, pengagummu.

1 comment:

  1. Dear N,
    Terima kasih.
    Ya, aku patah hati, bahkan kini pun masih.
    Tapi aku tak mau bersedih.
    Larik-larikku memang penuh luka, namun lirih.
    Karena hatiku masih perih.

    Suratmu, menghiburku!

    ReplyDelete