21 January 2012

Surat Kaleng untuk @danrijie

Kepada
@danrijie

Situ, Ayo Kita Berfoto

Sini sedang terduduk di sudut sofa. Bagaikan album foto bersampul hijau, satu persatu kenangan tentang Situ -juga tentang Sini dan Situ- melintas. Sini tidak pernah menyangka akan menyimpan rasa yang rasanya seperti ini untuk Situ. Inilah foto pertama, saat itu Sini melihat Situ, dari barisan paling belakang sekumpulan adik yang sedang menyimak kakaknya. Situ begitu menarik perhatian, mata Sini tidak sempat memperhatikan yang lain. Harusnya saat itu, Sini minta Situ bertanggung jawab!

Lalu, coba balik halaman lainnya. Ada foto kedua. Foto itu menggambarkan Sini dan Situ. Latarnya siang yang hampir sore. Sini menatap Situ yang sedang menuangkan kecap dalam mangkuk soto ayam hangat. Situ terlihat lahap, sementara wajah Sini bertanya, kenapa Situ terlambat makan siang? Masih di halaman yang sama, foto yang berbeda. Lembaran foto berikutnya hanya foto remeh-remeh, namun tetap tersentra pada Sini dan Situ. Jam tangan hitam di tangan kiri Situ. Tangan Sini yang menekuk ujung sedotan es teh manis Situ, -lalat hampir hinggap, Situ! Juga ada -masih di halaman yang sama- selembar foto mangkuk soto ayammu yang sudah kosong.

Ini lah halaman berikutnya. Ada selembar foto di sana. Hanya ada foto Sini. Aneh memang, ada senyum Sini meskipun tidak ada Situ dalam foto.Sini sedang duduk di antara orang-orang yang berseragam, berkemeja, rapi, dan harum. Latarnya sebuah jendela kereta api. Kereta yang sekiranya membawa Sini ke... Ah, Sini pikir kereta akan membawanya ke pesta pertemuan antara Cinderella dan Pangeran. Ternyata tidak, kereta itu hanya lintasan pengantar pesan yang diterima ponsel Sini, isinya:
 
sebening embun di pagi hari
seindah pelangi di senja hari
walau hatiku tak sebening embun di pagi hari
dengan tulus kuucapkan
selamat ulang tahun

Ada dua lembar foto di halaman berikutnya. Satu foto memperlihatkan punggung Situ. Foto lainnya memperlihatkan punggung Sini yang sedang menatap punggung Situ yang menjauh. Tidak ada yang lain, hanya pedih yang Sini rasakan untuk Situ.

Ini sudah halaman ke berapa? Entahlah. Hanya tinggal selembar foto. Tidak ada apa-apa dalam foto itu. Kosong. Album ini tidak banyak menyimpan kenangan Sini dan Situ. Mungkin sedang bersemayam dalam interim Situ. Bisa jadi sedang berada dalam pelukan imaji Sini.

Dan sampailah di lembar terakhir dari album foto bersampul hijau. Tidak ada satu pun lembar foto. Setelah menerima surat ini, ku harap Sini dan Situ sudah mengambil satu lembar foto. Foto Sini dan Situ yang sedang tersenyum, dan keinginan untuk membeli satu album foto yang baru.

Tertanda,
Penggemar Sini dan Situ

No comments:

Post a Comment