28 January 2012

Surat Kaleng untuk @falafu

Kepada Farah Nurul Fatimah (@falafu).

Hai fa, sudah beberapa hari ini aku tak mendapati kata-kata ajaibmu
memenuhi linimasaku. Apa kabarmu? Aku berdoa dan berharap semoga kau
dan hidupmu baik-baik saja. Musim penghujan yang tak ramah dan cuaca
yang akhir-akhir ini memburuk, jagalah baik-baik kesehatanmu, fa.

Fa, semenjak surat terakhirku sampai dengan selamat di hadapan mata
indahmu, aku telah menghabiskan banyak waktu berdetik-detik untuk
memikirkanmu, berdialog dengan anganku tentangmu, dan mencoba mengurai
misteri-misteri dari senyumanmu. Namun, tetap saja aku tak menemukan
sesuatu hal yang dapat membantah keanggunanmu sebagai wanita. Aku
berlebihan ya? Ya, tapi aku aku sedang tidak bergurau, fa. Pun sedang
tidak "menggombali"-mu. Aku seperti merasakan kehadiran bayang dirimu
dalam kamar studyku tengah bercakap-cakap di salah satu ruang
imajinasiku. Aku semacam "ketagihan" dirimu, fa.

Sudah barang tentu kau akan terheran-heran mendengar aku berkata
seperti itu, aku pun merasa aneh pada diriku sendiri. Karena merasa
ingin sekali dan teramat butuh untuk menulisimu. Andaikan saja aku
dapat memahami dengan jelas, tanpa tersamarkan oleh rasa apapun.

Fa, yang kutulis di atas itu adalah suatu upaya untuk menyampaikan
kepadamu hal-hal yang tak bisa kusampaikan dengan
perumpamaan-perumpamaan puitis. Dan aku rasa, sekalipun tanpa
kububuhkan namaku dan tanpa harus menjadi seorang peramal pun, kau
akan dengan mudah menebak siapa orang yang tengah menari dengan
jarinya dalam surat ini.

Maafkan aku, fa, bila suratku mengganggu aktivitasmu hari ini. Saat
aku menulis surat ini, malam tengah beranjak sepuh dan kantukku pun
telah menua. Aku akan tidur dan aku akan menceritakan kepadamu dalam
mimpiku perihal apa yang belum sempat kucurahkan di atas kertas ini.
Selamat malam, fa. Semoga Tuhan senantiasa melindungimu.

Tertanda,

.....

1 comment:

  1. Selamat sore kakanda tanpa nama.. #Tsahhh...
    Terima kasih atas suratnya..

    Perlu kakanda ketahui bahwa,
    Pertama, saya bukan wanita yang pandai menerka.
    Kedua, perasaan saya selalu hambar pada pria yang pintar merangkai kata.
    Ketiga, saya tak begitu percaya pada kata-kata atau janji-janji, saya lebih percaya pada sebuah tindakan.

    Sekali lagi, terima kasih atas surat tanpa namanya...
    Tetapi andaikan esok hari kakanda kembali mengirimkan satu kepada saya surat seperti ini, maka kemungkinan saya tidak akan membacanya.

    Senyumku yang paling manis untukmu.. :)

    Fa

    ReplyDelete