Bagaimana kabar dunia hari ini? berapa banyak orang yang kau tolong? Aih, maafkan aku yang kurang ajar ini, sudah lancang memberanikan diri menulis surat cinta untuk pak dokter. Baiklah, untuk beberapa menit ke depan, kita lupakan hubungan pasien-dokter ini ya. Anggap saja aku sebagai penyeri jiwamu. Ahaaiii
Kemarin aku sempat bingung, tak tau harus menulis surat cinta ke siapa, lantaran hari ini surat cinta yang disampaikan hanya khusus untuk selebtwit pujaan. Baru saja beberapa detik berlalu sejak tombol “tweet” kutekan setelah kubagikan kegalauanku itu ke para followers karena tidak punya selebtwit pujaan, si bb kesayangan ber”cicit cuit” menandakan mention baru dari twitter. Rupanya dari pak dokter yang menawarkan diri menjadi selebtwit pujaanku. Oh, penolong!
Aku pikir, memang pantas lah pak dokter ini kujadikan selebtwit pujaanku. Setiap kali kamu mulai “cerewet” di timeline ku, aku akan dengan gembira membaca tweet-tweet mu satu persatu. Meski tentu saja, sebagian besar tidak kumengerti. Hhahahahaha… habis pak dokter selalu pakai bahasa melayu Malaysia sih Aku tak paham laa . Tapi kamu suka berpuitis ria. Aku suka mengapresiasi sajak-sajakmu. Apalagi kalau kamu kirim sajak untukku . Taukah pak dokter, amat jarang aku memiliki seorang kawan berbincang yang menikmati puisi dan untaian kata-kata. Setiap kali aku merangkaikan kata-kata untuk teman-temanku, mereka hanya akan tertawa sambil berkata; “ah, anak sastra sih..” Tapi kamu, kamu bukan lulusan sastra, namun pandai benar membuat saya terpana dengan rangkaian kata. Kamu bisa menggenapi sajak ku dan membalas haiku ku .
Kamu selalu bilang, cita-citamu adalah mendalami psikiatri. Hei, selami lah jiwaku dulu, pak doter . Selami dengan sajak-sajakmu. Aku tak keberatan kalau nanti aku dijadikan percobaan terapi dengan menggunakan kata-kata indah. Mungkin itu memang akan berhasil. Kamu mungkin bisa menyembuhkan luka jiwaku dengan sajak. Hei, siapa tau? patenkan saja cara itu. Kelak nanti kamu akan dikenal sebagai dokter jiwa revolusioner. Hahahaha.. .
Jadi pak dokter, aku harus bilang apa lagi untuk menggambarkan seorang calon psikiatris puitis? dan untuk menggambarkan kekagumanku padamu? kamu sudah menolongku dengan bersedia menjadi selebtwit pujaanku yang bisa kukirimkan surat cinta. Kamu juga sudah sering menolongku dengan kiriman sajakmu, atau sekadar ucapan selamat pagimu yang bisa mengembangkan senyumku Cukupkah? cukupkah hanya dengan ini kubayar pertolonganmu padaku? Semoga kamu bisa menangkap rasa terima kasih dan kekagumanku padamu lewat selarik surat ini.
PS. Kamu pintar, pak dokter. Jadi aku tak perlu meragukan apakah kamu mengerti isi suratku ini, meskipun aku menulisnya dengan bahasa Indonesia yang (kuharap) baik dan benar. Aku yang bodoh, mencoba menulis untukmu dalam bahasa ibumu, namun gagal.
Tertanda
calon pasienmu kelak
untuk: @HanepClans
oleh: @sneaking_jeans
diambil dari:http://menyingsingfajar.wordpress.com
No comments:
Post a Comment