Dear The Dearest Selebtwit…
Pada suatu
hari (ah, terlalu klise)
Pada waktu
itu (apakah masih klise?)
Waktu
pertama kali kami bertemu
Tidak!
Hanya aku yang bertemu
Menemukannya
di timeline, tepatnya
Aku jatuh
cinta
Pada
setiap kata-kata yang lahir dari pikirannya
Sebagian
orang bilang itu hanya kata
Bagiku itu
adalah makna
Aku banyak
belajar darinya
Aku tak
percaya jatuh cinta pada pandangan pertama
Tapi aku
bisa jatuh cinta pada kata-kata
Pada
kata-kata yang aku tak tahu siapa empunya
Aku bahkan
tak tahu dia siapa
Jangankan
rupa, nama ia sebenarnya saja masih tanda tanya
Kemudian
perlahan aku tahu ia yang menulis Surat Cinta yang Ganjil dan Buku Kecil
Ia seorang
yang teguh pendirian
Mengajarkan
banyak orang untuk menulis dalam bahasa Indonesia yang benar
Tapi ia
unik
Ia
mencintai huruf kecil
Katanya,
huruf besar itu terlihat angkuh
Dari sana,
aku kagum dengan cara berpikirnya
Aku
menemukan sisi indah dari kata-kata. Ialah menikmatinya, bukan sekadar membaca.
Ialah dari hati bukan sekadar ilusi
Aku adalah
satu dari masih tak sedikit yang gagap teknologi
Tapi
kemudian karena dia, aku membuat sebuah blog
Hingga
saat ini, aku ingin terus berkarya di dalamnya, sebagian besar karenanya
Terimakasih,
Kakak
Aku tidak
ingin terlalu berlebihan memuji, mengagumi, menyukai, dan mencintai
Karena aku
selalu takut, yang berlebihan itu tak sebanding dengan yang diraih
Maafkan
aku yang tak mengubah semua dalam tulisanku menjadi huruf kecil
Aku
mencintaimu sebagai selebtwit apa adanya
Dan aku
hanya ingin menjadi diriku yang sebenarnya
Tak
mengubah satu atau dua diantara kita menjadi siapa-siapa
Wahai
@poscinta, sampaikan suratku kepadanya: M. Aan Mansyur, @hurufkecil
Sincerely,
Yang masih
haus kata-kata
No comments:
Post a Comment